gayus tambunan selain jago sebagai mafia pajak,,
ternyata dy jg jago sebagai penyamar yang handal,,
berikut ini adalah foto gayus dr berbagai penyamarannya,,
selain itu,, gayus jg menjadi ajudan barack obama..
tuch khan gayus memank hebat,, selain dy bisa menyulap uang,, menggelapkan pajak,, keluar dari Rutan,, jalan2 kebali,, dy pintar merubah - rubah penampilannya,, hahahahahaha....
Selasa, 16 November 2010
gayus tambunan keluar rutan
ternyata Gayus tambunan selain berselera tinggi dengan menonton turnamen tenis di Bali, ternyata Gayus juga merupakan penggemar berat dangdutan.
Ngak percaya…?
silakan lihat photo-photo dibawah ini.. :)
ni ada lagi,, saat gayus nonton dewi persik..
tuch khan beneran klo gayus tambunan sering nonton dangdutan..
Ngak percaya…?
silakan lihat photo-photo dibawah ini.. :)
ni ada lagi,, saat gayus nonton dewi persik..
tuch khan beneran klo gayus tambunan sering nonton dangdutan..
Senin, 15 November 2010
sebagian hal kecil yang menjadi teman para arsitek
Tulisan ini sebenarnya ga penting sih..
TAPI FAKTA...
Jadi ga da salahnya dijelaskan ke khalayak ramai...
Tulisan ini juga dibuat sebagai tanggapan atas munculnya sebuah iklan produk rokok yang menggunakan arsitek beneran (bukan sekedar figur arsitek) sebagai bintang iklannya.
Arsitek terkenal dengan hidup yang di luar kehidupan nyata. Loh?? emangnya hantu?? Bukan.. maksud saya itu... kebanyakan arsitek tidak memiliki hidup layaknya orang normal. Jika orang normal hidup di pagi hari sampai malam hari, arsitek lebih banyak hidup di siang hari sampai pagi hari. Padahal arsitek juga harus mengikuti jam orang normal jika harus berurusan dengan mereka.
Dengan kondisi yang seperti itu, maka perlu adanya 'doping'. Sebenarnya tidak baik sih 'doping-doping' beginian. Tapi mau gimana lagi.... Mau tau apa sih biasanya 'doping' yang dipakai?
1. Kopi.
Senjata terampuh dalam menemani malam-malam dingin bersama gambar yang tak selesai-selesai. Bahkan mahasiswa semester 1 pun terbiasa dengan benda ini. Tiap kali mau begadang, selalu menyediakan kopi supaya bisa bertahan lama.Namun ada pula yang tidak menggunakan kopi, tapi mengganti nya dengan yang lain seperti teh, atau pun minuman bersoda. Tapi secara umum kopi lah yang paling banyak digunakan.
2. Rokok.
Bukan contoh yang baik. Tapi ini juga kenyataan. Bagi kebanyakan arsitek, rokok itu bagaikan inspirasi. Kalo mereka tidak merokok, seperti nya inspirasi tidak bakal keluar dari otak untuk disadur oleh tangan di atas kertas. Oleh karena itu tidak heran jika melihat arsitek bakal kebingungan jika tidak ada rokok saat dia akan menggambar. Ekstrim dari rokok adalah penggunaan obat-obatan terlarang seperti ekstasi. Katanya... bukan kata saya loh... ekstasi memberikan dampak bersemangat dan seperti nya inspirasi itu terus masuk, dan arsitek menjadi tahan begadang. Tapi ini tidak baik.... jangan dicontoh ya :)Arsitek yang tidak memilih rokok sebagai teman hidupnya, biasanya mengalihkannya pada cemilan. Entah itu kue-kue, chips, atau sekedar permen.
3. Minuman Energi.
Nah... ini juga sering dijadikan alat bagi arsitek untuk tetap terjaga dalam jangka waktu lama. Jika kopi dan rokok tidak berhasil atau hanya berefek sampai pagi, minuman energi memberikan asupan energi untuk bertemu klien di siang harinya. Nah.. kalo yang ini jangan kebanyakan... ntar malah berdampak buruk buat kita sendiri.
4. Multi vitamin.
Multi vitamin digunakan arsitek agar tidak rentan sakit. Sakit adalah hal yang dihindari agar target-target bisa tercapai. Kebanyakan arsitek kalo sudah sakit, seperti nya langsung drop kondisi nya seperti kayak orang kehabisan tenaga dan perlu istirahat lama.
5. Obat pereda sakit kepala.
Berhubung sering begadang, sakit kepala adalah sakit yang paling sering diterima arsitek. Maklum... otak udah nyuruh badan istirahat, sedangkan kerjaan ga selesai-selesai.... Bisa juga sakit kepala ini timbul karena harus bayar pegawai di akhir minggu tapi uang dari klien belum cair :p hehehehehehe
6. Obat nyamuk.
Hehehehe... becanda gak nih? Sedikit... tapi bagi arsitek yang belum mapan, obat nyamuk adalah teman setia dalam mengatasi gangguan mahluk malam lainnya yang doyan menghisap darah qta. Darah arsitek itu udah sedikit, abis buat begadang... rendah pula biasanya tekanan darahnya... Jadi nyamuk adalah musuh besar!!
7. Music.
Music adalah salah satu pendukung suasana supaya tidak terasa hampa.. biasanya music jg dapat dijadikan teman para arsitek,,
Hehehehehe...
begitulah sebagian hal-hal kecil di kehidupan arsitek :)
betul ga bro??
TAPI FAKTA...
Jadi ga da salahnya dijelaskan ke khalayak ramai...
Tulisan ini juga dibuat sebagai tanggapan atas munculnya sebuah iklan produk rokok yang menggunakan arsitek beneran (bukan sekedar figur arsitek) sebagai bintang iklannya.
Arsitek terkenal dengan hidup yang di luar kehidupan nyata. Loh?? emangnya hantu?? Bukan.. maksud saya itu... kebanyakan arsitek tidak memiliki hidup layaknya orang normal. Jika orang normal hidup di pagi hari sampai malam hari, arsitek lebih banyak hidup di siang hari sampai pagi hari. Padahal arsitek juga harus mengikuti jam orang normal jika harus berurusan dengan mereka.
Dengan kondisi yang seperti itu, maka perlu adanya 'doping'. Sebenarnya tidak baik sih 'doping-doping' beginian. Tapi mau gimana lagi.... Mau tau apa sih biasanya 'doping' yang dipakai?
1. Kopi.
Senjata terampuh dalam menemani malam-malam dingin bersama gambar yang tak selesai-selesai. Bahkan mahasiswa semester 1 pun terbiasa dengan benda ini. Tiap kali mau begadang, selalu menyediakan kopi supaya bisa bertahan lama.Namun ada pula yang tidak menggunakan kopi, tapi mengganti nya dengan yang lain seperti teh, atau pun minuman bersoda. Tapi secara umum kopi lah yang paling banyak digunakan.
2. Rokok.
Bukan contoh yang baik. Tapi ini juga kenyataan. Bagi kebanyakan arsitek, rokok itu bagaikan inspirasi. Kalo mereka tidak merokok, seperti nya inspirasi tidak bakal keluar dari otak untuk disadur oleh tangan di atas kertas. Oleh karena itu tidak heran jika melihat arsitek bakal kebingungan jika tidak ada rokok saat dia akan menggambar. Ekstrim dari rokok adalah penggunaan obat-obatan terlarang seperti ekstasi. Katanya... bukan kata saya loh... ekstasi memberikan dampak bersemangat dan seperti nya inspirasi itu terus masuk, dan arsitek menjadi tahan begadang. Tapi ini tidak baik.... jangan dicontoh ya :)Arsitek yang tidak memilih rokok sebagai teman hidupnya, biasanya mengalihkannya pada cemilan. Entah itu kue-kue, chips, atau sekedar permen.
3. Minuman Energi.
Nah... ini juga sering dijadikan alat bagi arsitek untuk tetap terjaga dalam jangka waktu lama. Jika kopi dan rokok tidak berhasil atau hanya berefek sampai pagi, minuman energi memberikan asupan energi untuk bertemu klien di siang harinya. Nah.. kalo yang ini jangan kebanyakan... ntar malah berdampak buruk buat kita sendiri.
4. Multi vitamin.
Multi vitamin digunakan arsitek agar tidak rentan sakit. Sakit adalah hal yang dihindari agar target-target bisa tercapai. Kebanyakan arsitek kalo sudah sakit, seperti nya langsung drop kondisi nya seperti kayak orang kehabisan tenaga dan perlu istirahat lama.
5. Obat pereda sakit kepala.
Berhubung sering begadang, sakit kepala adalah sakit yang paling sering diterima arsitek. Maklum... otak udah nyuruh badan istirahat, sedangkan kerjaan ga selesai-selesai.... Bisa juga sakit kepala ini timbul karena harus bayar pegawai di akhir minggu tapi uang dari klien belum cair :p hehehehehehe
6. Obat nyamuk.
Hehehehe... becanda gak nih? Sedikit... tapi bagi arsitek yang belum mapan, obat nyamuk adalah teman setia dalam mengatasi gangguan mahluk malam lainnya yang doyan menghisap darah qta. Darah arsitek itu udah sedikit, abis buat begadang... rendah pula biasanya tekanan darahnya... Jadi nyamuk adalah musuh besar!!
7. Music.
Music adalah salah satu pendukung suasana supaya tidak terasa hampa.. biasanya music jg dapat dijadikan teman para arsitek,,
Hehehehehe...
begitulah sebagian hal-hal kecil di kehidupan arsitek :)
betul ga bro??
Arsitek
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seorang arsitek, adalah seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau ahli lingkungan binaan.Istilah arsitek seringkali diartikan secara sempit sebagai seorang perancang bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perencanaan, merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk memandu keputusan yang mempengaruhi aspek bangunan tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah sosial. Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan binaan.
Arti lebih umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.
"Arsitek" berasal dari Latin architectus, dan dari bahasa Yunani: architekton (master pembangun), arkhi (ketua) + tekton (pembangun, tukang kayu).
Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil dari pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus mengawasi agar pelaksanaan di lapangan/proyek sesuai dengan bestek dan perjanjian yang telah dibuat. Dalam proyek yang besar, arsitek berperan sebagai direksi, dan memiliki hak untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Bilamana terjadi penyimpangan di lapangan, arsitek berhak menghentikan, memerintahkan perbaikan atau membongkar bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang disepakati.
Arsitektur
Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Ruang lingkup dan keinginan
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
Teori dan praktik
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".Sejarah
- Untuk lebih jelas lihat artikel utama: Sejarah arsitektur
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
Kesimpulan
bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.Ragam Persepsi Tentang Arsitektur
Beberapa hari yang lalu seorang teman bertanya pada saya.. “Apa sebenarnya arsitektur..?? ” Tanpa mendefinisikan secara eksplisit saya langsung menjawab.. “Arsitektur adalah seni, budaya, simbol, ruang, dan berhubungan dengan apapun yang berada disekitar manusia”. Kemudian teman saya melanjutkan pertanyaannya, “kenapa arsitektur bisa dikatakan simbol..?” Kemudian saya katakan.. “ada kalanya saat seorang baik arsitek ataupun bukan arsitek membuat sebuah sketsa, maka hasil dari sketsa tersebut akan langsung menunjuk pada sesuatu baik itu tempat, arah, tujuan, dsb”. Contoh sederhana nya adalah jika saya membuat sketsa bentuk segitiga, maka beberapa orang mungkin saja dapat langsung menebak bahwa itu adalah simbol dari piramida di Mesir. Atau ketika saya menggambar sketsa tanda panah ke kiri/ke kanan maka sebagian yang lain akan mengerti itu menunjukkan arah/tempat yang akan dituju.
Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture), berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = tukang, maka architecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan.
Menurut O’Gorman (1997) dalam ABC of Architecture, arsitektur lebih dari sekedar suatu pelindung. Arsitektur bisa jadi merupakan suatu wujud seni, namun memiliki perbedaan, yaitu arsitektur menggunakan seni sebagai sesuatu yang penting untuk digunakan sebagai interior.
Menurut Le Corbusier: ”architecture is the masterly, correct and magnificient play of masses seen in light. Architecture with a capital A was an emotional and aesthetic experience”.
Pada masyarakat awam, mereka lebih memahami arsitektur sebagai sesuatu yang berhubungan dengan merancang bangunan. Oleh karena itu seringkali mereka mengaitkan arsitektur dengan bangunan dan tempat tinggal. Sebenarnya pemahaman mereka tidak salah, hanya saja masih belum tepat, karena arsitektur mencakup banyak hal tidak hanya merancang bangunan. Dan arsitektur pun dapat dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti arsitektur sebagai sebuah simbol, arsitektur sebagai sebuah ruang, dan sebagainya. Akan sulit memang bagi mereka untuk dapat memahami arsitektur dengan benar-benar tepat, karena seperti yang saya ungkapkan pada paragraf sebelumnya, arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks. Bahkan bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur pun belum tentu dapat mendefinisikan arsitektur dengan tepat, meskipun mungkin mereka sudah lama berkecimpung di bidang tersebut.
Sketsa Eiffel Tower sebagai simbol dari kota Paris di France
Sketsa Segitiga sebagai symbol dari pyramid di Mesir
Sketsa Opera House sebagai simbol dari kota Sydney di Australia
Sketsa Burj al Arab sebagai simbol dari kota Dubai di UEA
Sketsa Taipei 101 sebagai simbol dari kota Taipei di Taiwan
Sketsa Shanghai World Finance Center sebagai simbol dari kota Shanghai di China
Bagi orang yang berkecimpung di bidang arsitektur umumnya pemahaman mereka mengenai arsitektur berbeda dengan masyarakat awam. Mereka pun umumnya lebih dapat memandang arsitektur secara luas dan lebih terbuka. Banyak dari mereka yang berpendapat bahwa arsitektur merupakan bagian dari kehidupan, yang mencakup segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan dekat dengan manusia. Konsep tersebut lebih dikenal sebagai konsep Architectural Everyday. Dan karena arsitektur berhubungan dengan yang ada di sekitar dan dekat dengan kehidupan manusia, maka arsitektur berhubungan pula dengan ruang dan perasaan. Oleh karena itu arsitektur tidak selalu hanya bangunan, apa pun bisa saja merupakan suatu bentuk arsitektur, contohnya musik. Mungkin bagi masyarakat awam akan heran bila mendengar hal tersebut. Mereka mungkin akan bertanya, ”mengapa musik bisa menjadi bagian dari arsitektur?”
Untuk menjawab hal tersebut, Rasmussen (1964) dalam Experiencing Architecture mengemukakan bahwa arsitektur bukan hanya yang dapat dilihat dan diraba saja, yang didengar dan dirasa pun merupakan bagian dari arsitektur. Melalui pendengaran kita dapat menggambarkan sesuatu yang berhubungan dengan bentuk dan material. Pendengaran pun dapat mempengaruhi perasaan seseorang. Pada musik, di dalamnya ada irama yang dapat membawa suasana hati seseorang. Dan dengan mendengarkan irama tersebut muncul interpretasi yang mungkin akan berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Interpretasi itu secara tidak langsung akan mengarah ke suatu kualitas ruang. Meskipun hasil interpretasi tersebut bersifat maya, namun jika sudah dapat menginterpretasikan sebuah kualitas ruang , berarti sebenarnya secara tidak sadar kita sudah membentuk sebuah ruang di alam bawah sadar kita. Hal itu sama seperti arsitektur pada bangunan yang real, yang di dalamnya ada ruang dan memiliki kualitas ruang. Maka dari itu musik juga merupakan bagian dari arsitektur.
Selain musik, masih banyak hal lain di sekitar kita yang merupakan bagian dari arsitektur, baik yang sifatnya maya maupun nyata. Namun Paul Shepheard (1999), mengungkapkan bahwa architecture is not everything, Ia mengatakan, “So when I say architecture is not everything. I mean that there are other things in life and simultaneously. I mean that there are things that are not architecture, but which fit round it so closely that they help to show it is“.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa di sekitar kita ada yang merupakan arsitektur ada pula yang bukan. Dan keduanya berada bersamaan, sehingga seringkali kita sulit untuk membedakan antara keduanya. Contohnya rambu lalu lintas berupa penunjuk jalan. Apakah itu bentuk arsitektur atau bukan? Tentu akan ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut, karena memang tidak ada ketentuan khusus dan pasti antara keduanya.
Pada masyarakat awam, umumnya mereka menganggap rambu tersebut bukan bentuk arsitektur. Namun tidak menutup kemungkinan orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur pun ada yang berpendapat demikian. Mereka umumya menganggap bahwa rambu yang merupakan sebuah tanda hanyalah berarti sebagai sebuah tanda biasa. Namun, bagi beberapa orang lain mereka tidak setuju dengan pendapat tersebut. Menurut mereka tanda merupakan bagian dari arsitektur, maka dari itu disebut sebagai bentuk arsitektur. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Derrida pembahasannya mengenai deconstruction, yang lebih menyangkut pembahasan mengenai text. Menurutnya, text (tanda) bukan merupakan instansi independen, setiap tanda menunjuk pada tanda-tanda lain. Dan keberadaan tanda berhubungan dengan ada dan hadirnya sesuatu. Dalam konteks ini, tanda tersebut adalah rambu yang menunjuk kepada keberadaaan yang lain, yang akhirnya akan membentuk suatu jaringan. Dan hal tersebut merupakan bagian dari arsitektur, karena dalam arsitektur pun tidak ada sesuatu yang bisa berdiri sendiri, semuanya saling berhubungan, bahkan dapat membentuk sebuah jaringan.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, arsitektur berhubungan dengan sesuatu yang ada di sekitar manusia dan erat kaitannya dengan kehidupan manusia, baik maya maupun nyata. Dan terkadang, kita sulit untuk dapat membedakannya. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur tidak bisa dilepaskan dengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wigglesworth dan Till (1998), “issue of Architectural Design attempts to capture the fragility of that distorted reflection, where image and reality blur”. Lebih lanjut Wigglesworth dan Till juga mengungkapkan : “we explicitly acknowledge the everyday as a productive context for the making, occupation, and criticism of architecture”.
Sesuatu yang merupakan suatu bentuk arsitektur pun bisa jadi merupakan sesuatu yang tidak kita sadari, tapi dekat dengan kehidupan kita, contohnya mengenai ugly and beauty. Banyak diantara kita yang menganggap kedua hal tersebut sebagai suatu keadaan yang memang ada dalam kehidupan, tapi bukan sebagai bentuk arsitektur. Ternyata pandangan mereka salah, kedua hal tersebut merupakan bagian dari arsitektur, tepatnya lebih kepada sense. Meskipun kedua hal tersebut sifatnya relatif, namun dalam arsitektur rasa akan sesuatu sangat penting artinya. Terutama bila hal tersebut berhubungan dengan sesuatu yang akan dihasilkan oleh seorang arsitek.
Dari semua pembahasan di atas menunjukkan bahwa arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks, mulai dari asal mulanya sampai dengan definisinya. Dan dalam arsitektur subjektifitas memang menjadi sesuatu yang sering terjadi. Bahkan dalam pendefinisian mengenai arsitektur itu sendiri pun pandangan subjektif dari tiap orang menjadi penting, maka dari itu sulit untuk dapat benar-benar mendefinsikan arsitektur. Dan seperti yang sudah dijelaskan juga, arsitektur memang memiliki keterkaitan yang cukup kuat dengan kehidupan manusia. Dan hal tersebut jarang disadari oleh kita, sehingga wajar jika banyak yang beranggapan bahwa arsitektur hanya sekedar merancang bangunan, sementara di luar itu bukan merupakan bentuk arsitektur. Oleh karena itu kita perlu berpandangan terbuka jika ingin memahami arsitektur dengan baik.
punya blog baru
akhirnya gw punya blog baru lg dch,,
gara2 blog yg dlu ga bs dibuka, terpaksa bikin yang baru lagi,,
blog ini sengaja gw bikin untuk mengepost hasil gambar - gambar gw,,
ya mudah2an aza bisa mendapatkan nafkah dari sini.. amin..
gara2 blog yg dlu ga bs dibuka, terpaksa bikin yang baru lagi,,
blog ini sengaja gw bikin untuk mengepost hasil gambar - gambar gw,,
ya mudah2an aza bisa mendapatkan nafkah dari sini.. amin..
Langganan:
Postingan (Atom)