Jumat, 05 Agustus 2011
Doa Buka Puasa
Allahumma laka sumtu wa bika aamantu wa ‘alaa rizqika afthartu birahmatika ya arhamarrohimin .
Artinya : “Ya Allah keranaMu aku berpuasa, dengan Mu aku beriman, kepadaMu aku berserah dan dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), dengan rahmat MU, Ya Allah Tuhan Maha Pengasih “. Terkabulnya Doa Buka Puasa dan ditetapkannya pahala di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dari setiap doa yang kita panjatkan tentunya adalah harapan kita semua.
Jumat, 03 Juni 2011
Alam sebagai Basis Perancangan, Kaidah Proporsi dan Arsitektur
Kali ini saya akan membahas tentang bentuk geometri yang ada di dalam alam semesta ini, saya mendapatkan materi pembahasan ini pada saat saya kuliah disalah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Timur, mata kuliah estetika bentuk banyak mengajarkan tentang bentuk - bentuk dasar arsitektur, salah satunya bentuk-bentuk dasar pada alam. Sebagai contoh, Bintang adalah salah satu bentuk (wujud) yang sangat banyak ditemukan pada alam, misalnya pada bunga, dan beberapa jenis organisme air. Bintang merupakan bentuk geometri yang ‘ajaib’ karena garis-garis penyusun bentuk bintang dapat menghasilkan golden proportion.
Dari golden proportion, dapat terbentuk golden rectangles, yang bila disusun terus menerus seperti pada ilustrasi berikut akan menghasilkan pola bentuk spiral, seperti pola spiral pada keong.
Kemudian, golden rectangles ini banyak diaplikasikan sebagai suatu kaidah perancangan pada arsitektur klasik. Contohnya pada bangunan Parthenon berikut, yang menggunakan kaidah golden rectangles (atau golden proportions) mulai dari lingkup bangunan secara keseluruhan sampai pada detail terkecilnya. Tidak hanya digunakan pada arsitektur, kaidah tersebut juga banyak diaplikasikan pada karya seni klasik, seperti patung atau lukisan.
Manusia banyak terinspirasi dari alam. Manusia cenderung hidup dengan belajar dari alam sekitarnya, mensarikan yang ia pelajari, kemudian mengaplikasikan hasil pembelajarannya tersebut terhadap apa yang ia ciptakan.
.. For Aristotle, imitation (mimesis in Greek) is the natural human ability to envision things as they ought to be, as a modified version of the way they are.. (Crowe:1999)
.. Vitruvius therefore is saying that mimesis is natural to man, that it involves learning from things as they are found to be and then building upon that knowledge to make things “as they ought to be”.. (Crowe:1999)
Saya melihat ada suatu kesinambungan antara bentuk-bentuk alam, proporsi, dan arsitektur. Menurut saya, pada zaman arsitektur klasik, manusia mempelajari geometri dari bentuk-bentuk alam dan mensarikan pola-pola yang berhasil terungkap. Seperti bentuk bintang tadi yang banyak ditemukan di alam, ternyata menghasilkan golden proportion. Atau tubuh kita sendiri yang ternyata juga mengandung kaidah golden proportion. Dan kaidah tersebut diterapkan pada karya-karya manusia, termasuk arsitektur.
Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah, bila saat itu manusia memang mempelajari bentuk-bentuk alam, mengapa “rumusan” yang dihasilkan berupa kaidah proporsi yang cenderung terkotak-kotak (ber-grid-grid), dan penuh dengan perhitungan matematis (seperti pada golden proportion atau teori Fibonacci)?
Eugene Tsui, seorang pengarang buku Evolutionary Architecture (Nature as a Basis for Design), mengatakan …the designation of space is determined by purely responsive and compositional elements, not as a grid-plane layout… (Tsui:1999)
Ruang merupakan sesuatu yang memiliki variasi bentuk dan pola, dinamis, dapat menekuk, melengkung, dan berliku-liku. Tidak ada order. Bila alam adalah basis untuk merancang, mengapa harus membuatnya terkotak-kotak?
Nature does not come forth with a predetermined shape (like the box) and then try to negotiate forces acting on that shape. In nature, the shape is determined by the forces act on it. (Tsui:1999)
Dari golden proportion, dapat terbentuk golden rectangles, yang bila disusun terus menerus seperti pada ilustrasi berikut akan menghasilkan pola bentuk spiral, seperti pola spiral pada keong.
Kemudian, golden rectangles ini banyak diaplikasikan sebagai suatu kaidah perancangan pada arsitektur klasik. Contohnya pada bangunan Parthenon berikut, yang menggunakan kaidah golden rectangles (atau golden proportions) mulai dari lingkup bangunan secara keseluruhan sampai pada detail terkecilnya. Tidak hanya digunakan pada arsitektur, kaidah tersebut juga banyak diaplikasikan pada karya seni klasik, seperti patung atau lukisan.
Manusia banyak terinspirasi dari alam. Manusia cenderung hidup dengan belajar dari alam sekitarnya, mensarikan yang ia pelajari, kemudian mengaplikasikan hasil pembelajarannya tersebut terhadap apa yang ia ciptakan.
.. For Aristotle, imitation (mimesis in Greek) is the natural human ability to envision things as they ought to be, as a modified version of the way they are.. (Crowe:1999)
.. Vitruvius therefore is saying that mimesis is natural to man, that it involves learning from things as they are found to be and then building upon that knowledge to make things “as they ought to be”.. (Crowe:1999)
Saya melihat ada suatu kesinambungan antara bentuk-bentuk alam, proporsi, dan arsitektur. Menurut saya, pada zaman arsitektur klasik, manusia mempelajari geometri dari bentuk-bentuk alam dan mensarikan pola-pola yang berhasil terungkap. Seperti bentuk bintang tadi yang banyak ditemukan di alam, ternyata menghasilkan golden proportion. Atau tubuh kita sendiri yang ternyata juga mengandung kaidah golden proportion. Dan kaidah tersebut diterapkan pada karya-karya manusia, termasuk arsitektur.
Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah, bila saat itu manusia memang mempelajari bentuk-bentuk alam, mengapa “rumusan” yang dihasilkan berupa kaidah proporsi yang cenderung terkotak-kotak (ber-grid-grid), dan penuh dengan perhitungan matematis (seperti pada golden proportion atau teori Fibonacci)?
Eugene Tsui, seorang pengarang buku Evolutionary Architecture (Nature as a Basis for Design), mengatakan …the designation of space is determined by purely responsive and compositional elements, not as a grid-plane layout… (Tsui:1999)
Ruang merupakan sesuatu yang memiliki variasi bentuk dan pola, dinamis, dapat menekuk, melengkung, dan berliku-liku. Tidak ada order. Bila alam adalah basis untuk merancang, mengapa harus membuatnya terkotak-kotak?
Nature does not come forth with a predetermined shape (like the box) and then try to negotiate forces acting on that shape. In nature, the shape is determined by the forces act on it. (Tsui:1999)
Selasa, 25 Januari 2011
“aku punya design bangunan impian. dan aku harus memakai jasa arsitek untuk mewujudkannya”
Didalam sebuah percakapan antara teman:
Teman1:”aku punya rencana membangun rumahku menjadi 2 Lantai. Tp aku pengen aku sendiri yang merencanainnya, aku udah tau mau dibuat seperti apa.”
Teman2:”knp ga pake jasa arsitek aja?”
orang1:”ga ach,mahal. Kan bisa aku rencanain sendiri”
ilustrasi diatas merupakan contoh dan perwakilan dari berbagai kasus yang ada di masyarakat.Mengenai citra mahalnya jasa seorang arsitek dan sebenarnya klien sudah tau akan bangunan impiannya.
Memang di masyarakat ketika ingin membuat bangunan sudah tahu keinginan, kebutuhan,dan bangunan impiannya.arsitek jangan sampai merusak impian tersebut.Disini arsitek mempunyai tanggungjawab untuk membantu klien untuk mewujudkan bangunan impiannya.secara kasar berarti arsitek dibayar untuk membantu klien mendesain bangunan.
Tentunya dalam membantu klien dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang timbul,seperti:kesesuaian lingkungan,lahan yang sempit,dan sering juga biaya.Bahkan sering juga dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan klien itu merupakan permasalahan sendiri.misal:klien ingin rumah minimalis , juga ingin rumahnya beda dengan rumah2 lingkungannya namun rumah2 di lingkungannya juga bergaya minimalis.
Bagaimana solusinya?
Apakah memaksa klien dengan langgam tradisional?
Maka dari itu arsitek sebagai pihak yang menguasai bidang bangunan bertugas untuk mencari solusi untuk permasalahan tersebut, baik solusi secara standar/biasa,solusi kreatif,ataupun solusi inovatif.tergantung pada kemampuan dan kemauan arsitek.
Solusi2 yang ada merupakan sebuah keputusan dari berbagai alternatif yang ada.perlu diingat juga bahwa seorang klien membayar mahal arsitek untuk lebih menghemat lebih banyak uang klien.
jadi seorang arsitek bukan hanya masalah gambar dan menjadi tukang gambar dan penghitung RAB saja, tetapi lebih dari itu desain seorang arsitek merupakan berbagai keputusan dari solusi2 yang ada sehingga kepentingan klien dapat terpenuhi secara total.idealisme, keinginan serta imajinasi inovatif sang arsitek dapat dituangkan dalam solusi2 tersebut sehingga bangunan punya keindahan,bermakna dan berjiwa.dan bukan hanya onggokan beton yang dingin.
Teman1:”aku punya rencana membangun rumahku menjadi 2 Lantai. Tp aku pengen aku sendiri yang merencanainnya, aku udah tau mau dibuat seperti apa.”
Teman2:”knp ga pake jasa arsitek aja?”
orang1:”ga ach,mahal. Kan bisa aku rencanain sendiri”
ilustrasi diatas merupakan contoh dan perwakilan dari berbagai kasus yang ada di masyarakat.Mengenai citra mahalnya jasa seorang arsitek dan sebenarnya klien sudah tau akan bangunan impiannya.
Memang di masyarakat ketika ingin membuat bangunan sudah tahu keinginan, kebutuhan,dan bangunan impiannya.arsitek jangan sampai merusak impian tersebut.Disini arsitek mempunyai tanggungjawab untuk membantu klien untuk mewujudkan bangunan impiannya.secara kasar berarti arsitek dibayar untuk membantu klien mendesain bangunan.
Tentunya dalam membantu klien dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang timbul,seperti:kesesuaian lingkungan,lahan yang sempit,dan sering juga biaya.Bahkan sering juga dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan klien itu merupakan permasalahan sendiri.misal:klien ingin rumah minimalis , juga ingin rumahnya beda dengan rumah2 lingkungannya namun rumah2 di lingkungannya juga bergaya minimalis.
Bagaimana solusinya?
Apakah memaksa klien dengan langgam tradisional?
Maka dari itu arsitek sebagai pihak yang menguasai bidang bangunan bertugas untuk mencari solusi untuk permasalahan tersebut, baik solusi secara standar/biasa,solusi kreatif,ataupun solusi inovatif.tergantung pada kemampuan dan kemauan arsitek.
Solusi2 yang ada merupakan sebuah keputusan dari berbagai alternatif yang ada.perlu diingat juga bahwa seorang klien membayar mahal arsitek untuk lebih menghemat lebih banyak uang klien.
jadi seorang arsitek bukan hanya masalah gambar dan menjadi tukang gambar dan penghitung RAB saja, tetapi lebih dari itu desain seorang arsitek merupakan berbagai keputusan dari solusi2 yang ada sehingga kepentingan klien dapat terpenuhi secara total.idealisme, keinginan serta imajinasi inovatif sang arsitek dapat dituangkan dalam solusi2 tersebut sehingga bangunan punya keindahan,bermakna dan berjiwa.dan bukan hanya onggokan beton yang dingin.
Langganan:
Postingan (Atom)